Sabtu, 26 Mei 2012

CERPEN: LANGITPUN MENANGIS (OLEH: ERICK M. SILA)

“Mungkinkan kita kan slalu bersama Walau terbentang jarak antara kita…?”. Demikianlah penggalan lagu dari Stinky yang juga pernah kamu kirimkan padaku melalui sebuah pesan singkat. Aku tahu bahwa kini kita tidak bersama-sama lagi seperti yang dulu. Jarak dan waktu telah memisahkan kita. Aku juga tahu bahwa kamu benar-benar mencintai aku. Karena begitu dalam dan tulus cintamu padaku sehingga kamu takut kehilangan aku. Tetapi aku mencoba meyakinkanmu bahwa cinta yang tulus tidak akan pudar walaupun dipisahkan oleh jarak dan waktu. Kamu selalu ada di hatiku. Tetapi apakah kamu kuat dan sabar dengan keadaan ini? Entahlah… aku tidak tahu. Waktulah yang akan menjawab semuanya itu. Hari berlalu bulanpun berganti. Seperti biasanya kita melewati hari-hari dengan saling berbagi cerita. Semuanya terasa indah dikala kita saling terbuka. Kamu terbuka mengatakan padaku tentang perasaanmu. Kamu mengatakan padaku bahwa aku terlalu sempurna bagimu. Aku tidak percaya, namun itulah perasaanmu terhadap aku. Aku tidak bisah menyangkalnya karena akupun sendiri tidak tahu tentang diriku sendiri. Yang aku tahu tentang diriku adalah bahwa aku benar-benar mencintaimu. Itu saja tidak lebih. Selebihnya orang lainlah yang menilai, dan mengetahui siapa atau apa arti hadirku bagi mereka, terutama hadirku bagimu. Enam bulan telah berlalu. Semua kenangan pahit dan manis bersamamu selalu terbayang di benakku. Ketika aku kangen padamu, aku mengambil sebatang lilin dan mulai berdoa semoga Tuhan senantiasa melindungimu. Aku juga tidak lupa menelepon kamu jika aku benar-benar tidak sibuk. Suara manjamu adalah obat mujarab bagi rasa kangenku. Malam itu aku mendengar suaramu begitu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Suaramu kedengaran begitu berat; nampaknya kamu lagi sedih. Ternyata dugaanku benar. Aku tidak tahu mengapa kamu begitu sedih malam ini. Ketika aku mendesakmu beberapa kali, akhirnya kamu mau mengatakan yang sebenarnya. Kamu mengatakan padaku bahwa kamu merasa berat jika kita terus bersama. Malam itu kamu meminta padaku agar kita mengakhiri semua kisah kita. Jujur… aku sangat sedih mendengarnya. Tetatapi apa boleh dikata? Aku juga tidak tahu apa yang membuatmu mengakhiri semua dengan begitu cepat. Padahal aku tidak pernah melakukan kesalahan yang membuatmu kesal dan marah padaku. Tetapi di saat itu aku sadar dan aku ingat akan apa yang pernah aku katakan padamu dulu. Aku mengatakan padamu waktu itu bahwa aku mencintai kamu karena kamu adalah kamu. Itulah cinta tanpa syarat. Aku iklas jika itu adalah keputusanmu. Aku juga sadar bahwa mungkin bukan aku yang menjadi pilihan hatimu. Langitpun menagis malam itu. Di luar hujan turun begitu deras. Saat itu kamu menangis sehingga membuatmu tidak sanggup berbicara. Akupun bingung mau mengatakan apa pada saat itu. Aku hanya mengatakan bahwa jika berat bagimu mencintai aku sebagai seorang kekasih, cintailah aku sebagaimana kamu mencintai kakak atau abang kandungmu sendiri. Itulah yang aku katakan padamu malam itu. Tetapi kamu mengatakan padaku bahwa itu berat buat kamu. Akan tetapi aku mencoba meyakinkanmu bahwa kamu pasti bisah. Itulah pilihanmu jadi kamu juga harus bisah melupakan aku. Jujur… aku mengatakan hal ini dengan berani walaupun aku sendiri harus terluka karena keputusan itu. Ya, aku melakukan hal ini hanya agar kamu bahagia. Aku menghargai keputusanmu untuk mengakhiri semua ini. Aku juga tidak tahu apa sebab dari semua ini. Mungkin ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Kamu masih menangis sehingga aku memohon padamu untuk menghentikannya. Aku meminta padamu untuk menenangkan diri agar kita dapat menyelesaikan masalah ini dengan baik. Aku tidak mau kamu membenci aku gara-gara cinta. Aneh bukan?? Ya, karena cinta itu sendiri adalah baik. Cinta tidak boleh memaksakan kehendak pribadi. Cinta harus rela berkorban tanpa syarat. Suatu hubungan persahabatan yang dimulai dengan cinta harus diakhiri juga dengan cinta yakni cinta yang tidak menuntut balasan. Malam itu kita sampai pada suatu kesepakatan bahwa hubungan kita hanya sebatas sahabat biasa. Tidak lebih dari itu. Sebagai kata terakhir kamu mengucapkan terima kasih kepadaku atas peristiwa-peristiwa indah yang pernah kita lalui bersama. Kamu mengatakan padaku bahwa kamu akan mengenang semua itu sepanjang hidupmu. Sebagai kata terakhir kepadamu, aku juga mengucapkan terima kasih atas ketulusan dan perhatian yang kamu berikan padaku selama kita masih bersama. Aku berharap persahabatan kita tetap abadi. Aku hanya meminmya satu hal saja padamu sebagai permintaanku yang terakhir. Aku meminta agar kamu membalas SMS-ku atau mengangkat teleponku apabila aku menanyakan kabarmu. Kamu setuju dengan permintaanku. Oya, kamu juga meminta padaku bahwa untuk beberapa hari ke depan, kita tidak boleh saling kontak. Alasannya adalah bahwa biarlah kita menenangkan pikiran kita masing-masing. Itulah yang kamu katakan padaku sebelum kamu mematikan teleponnya. Tidak terasah satu minggu berlalu. Jujur, satu minggu bagiku adalah satu tahun jika tidak ada kabar dari kamu. Aku kangen padamu. Aku kangen dengar suaramu. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama seperti aku? Aku merasah bahwa kamu masih seperti yang dulu bagiku. Ya., apa boleh buat, karena semua itu terjadi bukanlah kesalahanku dan bukan juga keputusanku. Jadi jujur saja aku tidak merasa kehilangan kamu sama sekali. Kamu masih ada di hatiku seperti yang dulu. Tetapi walaupun demikian, aku mencoba untuk tidak menanyakan kabar kamu. Aku tahu bahwa hal itu hanya membuat aku menderita tetapi aku juga tidak mau berharap lebih. Itulah janji yang harus aku tepati. Memang benar bahwa semakin keras kita menjaga hubungan, semakin sukar juga bagi kita untuk melupakannya. Satu bulan telah berlalu. Dalam setiap pesan singkat yang kamu kirimkan padaku, kamu selalu mengatakan bahwa kamu kangen padaku. Aku akui itu karena aku sendiri telah membuktikannya. Akan tetapi, kemarin kamu mengatak kepadaku bahwa kamu telah mempunyai kekasih yang baru. Kamu mengatakan padaku bahwa hubungan kamu bersamanya sudah sejak satu bulan yang lalu. Ketika mendengar itu aku senang, tetapi juga sedih karena perhatianmu akan berkuarang buat aku. Perhatianmu padaku tidak akan seperti yang dulu lagi. Aku masih ingat ketika kamu mengatakan hal itu padaku. Kamu bertanya padaku apakah aku sakit hati mendegar hal itu? Tidak. Aku tidak sakit hati dan juga tidak marah padamu. Aku malah senang karena kamu telah menemukan kekasih hatimu yang baru yang mungkin lebih baik dari aku. Aku akui bahwa aku bukanlah siapa-siapa di matamu. Kamu juga mengatakan padaku waktu itu bahwa sayangmu padaku lebih besar dari pada untuk dia. Huuuft… aku menarik nafas panjang ketika mendengar itu. Aku bertanya pada diriku, “mengapa kamu begitu sayang kepadaku?”, padahal kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi selain sebagai sahabat biasa. Tetapi aku bersyukur atas semuanya itu. Itu semua adalah anugerah dari cinta terindah. Terima kasih sabatku, terima kasih cinta. Terima kasih karena kamu mau mencintai aku dengan tulus sebagai sahabatmu. Semoga persahabatan kita bertahan selama-lamanya. Kamu adalah yang terbaik bagiku. DARI SEMUA HAL YANG DIANUGERAHKAN OLEH KEBIJAKSANAAN TIDAK ADA YANG LEBIH BESAR DAN LEBIH BAIK DARIPADA PERSAHABATAN (Pietro Aretino)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar