Sabtu, 26 Mei 2012

CERPEN: Arti Seorang Sahabat II (Oleh: Erick M. Sila)

Hari itu, aku merasah sangat lelah. Setelah seharian belajar dan bekerja, aku kecapean dan ingin beristirahat. Malam itu, jarum jam menunjukkan kira-kira pukul 22.00 WIB. Ya, aku masih ingat. Setelah berdoa, aku mulai menarik selimut untuk mulai berlabuh ke dunia mimpi. Aku merasah sangat lelah dan ingin beristirahat. Entah mengapa? Tiba-tiba aku teringat padamu. Teringat akan sahabat terbaik yang aku kenal satu tahun yang lalu. Kemudian aku mengambil hand phoneku yang ku letakkan di atas meja belajar di samping tempat tidurku. Setelah menemukannya, aku mengirimkan sebuah pesan singkat kepadamu. Aku hanya ingin memastikan apakah kamu baik-baik saja di sana? Aku juga berharap bahwa kamu sudah terlelap saat ini, ditemani sang rembulan. “Hai sahabatku, apakah kamu sudah tidur?” demikian isi pesan yang ku kirimkan padamu malam itu. Ougth…, beberapa menit kemudian, kamu membalas SMS ku. Kamu mengatakan bahwa kamu tidak bisa tidur malam ini. “Apa gerangan yang membuatmu tidak bisa tidur malam ini dik?” demikian pertanyaan yang ku ajukkan padamu malam itu. Kamu mengatakan padaku bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan perut kamu. Perut kamu terasah sangat sakit sehingga membuatmu tidak bisa tidur malam ini. Demikian bunyi balasan SMS yang aku terima dari kamu. Akhirnya, aku memutuskan untuk menemani kamu hingga fajar. Akan tetapi, kamu tidak mau tugas-tugas ku terbengkalai pada esok harinya. Maka kamu memintaku untuk lebih dahulu beristirahat. Sebenarnya saat itu, aku tidak mau membiarkanmu sendirian. Walau dari tempat yang jauh, aku ikhlas menemanimu hingga pagi. Aku hanya ingin kamu juga beristirahat walau sebentar. Atau setidaknya dengan kehadirannku kamu sejenak melupakan rasa sakit yang sedang kamu alami. Namun karena desakan darimu untuk beristirahat lebih dahulu, aku menurutinya. Saat itu, jam telah menunjukkan pukul 03.30 WIB. Pukul 08.06 WIB, aku tersentak oleh alarm jam beker dari meja belajar di samping tempat tidurku. Hari ini adalah hari minggu. Setelah beranjak dari tempat tidurku, aku mulai mempersiapkan diri untuk ke gereja. Misa baru dimulai pada pukul 10.00 WIB nanti. Pagi itu, aku sengaja tidak menanyakan kabar kamu. Aku tahu bahwa kamu tidak bisa tidur semalam. Mungkin saat ini kamu sedang terlelap, maka aku memutuskan untuk tidak mengganggu kamu. Setelah makan siang, aku mencoba menanyakan kabar kamu. “Hai dik, apakah kamu sudah sehat?” demikian pertanyaan yang ku kirimkan padamu saat itu. Kamu mengatakan bahwa keadaan kamu sudah agak lumayan. Mendengar itu, aku merasah senang karena kamu sudah bisa bergembira lagi seperti sediakala. Aku masih ingat apa yang kamu katakan padaku siang itu. Kamu mengatakan bahwa kamu sangat bersyukur meiliki sahabat seperti aku. “Mmm…, kenapa dik kamu mengatakan seperti itu dik?” aku bertanya padamu. Kamu mengatakan bahwa akulah sahabat terbaik yang pernak ada dalam kehidupan kamu. Aku selalu ada disaat kamu membutuhkan. Di saat kamu senang maupun sakit, aku selalu ada untukmu. Demikian curahan hati yang kamu sampaikan padaku di siang itu. Yah, aku juga tidak tahu mengapa semua ini terjadi. Yang aku ketahuai hanyalah bahwa semua itu adalah anugerah dari Sang Cinta. Tuhanlah yang berkarya atas diri kita masing-masing. Ya, aku juga sangat bersyukur bisa kenal sama kamu. Kamu adalah gadis terbaik yang pernah aku jumpai dalam kehidupanku. Kamu adalah sahabatku yang mengerti tentang aku. Aku tidak tahu harus dengan apa membalas semuanya ini. Namun, aku sadar bahwa cinta hanya dapat dibalas dengan cinta dan kasih hanya dapat dibalas dengan kasih. Itulah cinta seorang sahabat. “Tidaka ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nayawanya bagi sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Mulai saat itu, aku sadar akan arti penting seorang sahabat. Semenjak aku mengenal kamu, aku mengerti akan arti persahabatan yang sesungguhmya. Kehadiranmu dalam kehidupanku menjadi suatu inspirasi bagiku. Aku menjadi lebih baik karena kamu. Jujur, seandainya saat ini kamu ada di sini, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Yah…, Aku tahu bahwa saat ini kita tidak bisa bertemu muka. Jarak dan waktu telah memisahkan kita. Kita dipisahkan oleh jarak dan waktu karena cita-cita. Semua itu harus terjadi demi kebaikan kita. Aku masih ingat apa yang pernah kamu katakan padaku. Kamu mengatakan bahwa persahabatan sejati itu melewati batas ruang dan waktu. Ya, aku ingat kata-katamu itu dengan jelas dan masih tersimpan di lubuk hatiku yang paling dalam hingga saat ini. Kamulah sahabat terbaik yang aku miliki. Sebelum ku akhiri kisah ini, Sejujurnya aku ingin mengatakan bahwa semenjak kita bertemu, tidak sesaatpun aku melupakanmu. Kamu selalu hidup di hatiku sampai kapanpun. Sampai aku menutup mata. Terima kasih sahabatku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar