Minggu, 17 Februari 2013

MASA PRAPASKAH: MASA PERTUMBUHAN JIWA KITA (Erick Sila)

I. Pengantar Tahun Liturgi Kristen merupakan pengungkapan suatu perjalanan dalam perayaan-perayaan Liturgi berdasarkan peredaran waktu selama satu tahun. Dalam Tahun Liturgi Kristen, kita mengenal yang namanya masa prapaskah. Masa prapaskah adalah suatu masa yang amat penting, di mana semua umat Kristen diberi kesempatan untuk memperbaharui dan mengubah jiwanya yang kering. Masa prapaskah juga merupakan masa persiapan paskah. Bagi segenap umat Kristen, terutama bagi Gereja masa prapaskah merupakan masa persiapan untuk merayakan misteri penebusan Kristus yang berpuncak pada sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, masa ini adalah masa persiapan dan pertumbuhan bagi jiwa kita, terutama memperbaharui komitmen pribadi di hadapat Allah. Masa prapaskah akan dibahas secara lebih mendalam pada bagian berikut. II. Mengenal Masa Prapaskah A. Asal-usul Masa Prapaskah Kapan dimulainya masa prapaskah sebagai perayaan resmi Gereja tidak diketahui dengan jelas, tetapi masa prapaskah merupakan masa persiapan bagi segenap umat Kristen untuk menyambut masa paskah. Dalam Liber Sacramentum III memuat bahwa sejak abad ke-2 telah dimulai suatu masa pertobatan dengan berpantang dan berpuasa sebagai persiapan menyongsong paskah. Tentang hal ini Girolamo memberikan kesaksia dalam suratnya kepada Marcella (384) bahwa keberadaan masa puasa adalah puasa. Sejak awal abad ke-4 kebiasaan ini telah tersebar luas di Gereja-gereja Timur dan pada akhir abad ke-4 di Gereja-gereja Barat. Kitab Suci mengajarkan kepada kita untuk melaksanakan puasa selama 40 hari. Hal ini dimaksudkan sebagai simbol perayaan karya keselamatan Allah. Konsili Nicea (325) menyebut masa persiapan selama 40 hari tersebut dengan nama Quadragesima Paschae. Angka “40” memiliki makna religius yang selalu dihubungkan dengan masa persiapan sebelum menerima atau melaksanakan perintah Allah. Sebelum menerima sepuluh perintah Allah, Musa berpuasa selama 40 hari 40 malam di gunung Sinai (Kel 34:28); Elia berjalan selama 40 hari 40 malam menuju ke gunung Allah, gunung Horeb (1Raj 19:8); penduduk kota Ninive berpuasa selama 40 hari (Yun 3:1-10) dan Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum Ia memulai karya pewartaan-Nya (Mat 4: 2; Luk 4:2). Dalam perkembangan Gereja selanjutnya yakni sejak abad ke-5, masa prapaskah sebagai masa persiapan bagi para calon baptis. Pada akhir abad ke-11, doa-doa yang panjang, ibadat sabda mulai hilang dan digantikan dengan penaburan abu pada hari rabu abu sebelum Minggi I masa prapaskah. B. Teologi dan Spiritualitas Masa Prapaskah Masa prapaskah merupakan suatu masa khusus yang dipersembahkan untuk menghidupkan kembali peran serta Gereja dalam misteri penebusan Kristus. Dalam surat kepada orang Roma diajarkan bahwa, “Jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia” (Rm 8:17). Masa prapaskah hendaknya dipandang bukan sebagai rutinitas dalam Gereja, melainkan sebagai suatu masa pertobatan. Maka tekanan masa prapaskah adalah pertobatan dan pengudusan diri di dalam Tuhan. Masa prapaskah bukan sekadar sebuah bentuk asekese yang hanya ikut ramai, malainkan terutama pertobatan hati sungguh-sungguh kepada Allah. Pertobatan adalah bentuk kerendahan hati untuk ikut ambil bagian di dalam mis teri paskah Kristus untuk mewujudkan misi karya keselamatan Allah. Gereja menyadari bahwa hanya rahmat yang dianugerahkan Allah kepada umat-Nya yang dengan rendah hati mau bertobat. Pertobatan merupakan tindakkan liturgis di mana Kristus sendiri berkarya menguduskan Gereja. Melalui pebaptisan semua orang dipersatukan dan dikuduskan dalam nama-Nya dan dengan pebaptisan juga setiap orang diajak untuk senantiasa menghayati imannya secara konsekuen melalui pertobatan terus-menerus. Atas rahmat baptisan itu seseorang terdorong untuk selalu melakukan pertobatan secara terus-menerus. Dalam masa prapaskah semua umat beriman diajak untuk membuka diri kepada Allah yang mau menguduskan dan membebaskannya dari dosa. Masa ini adalah masa pertobatan menuju sebuah “kelahiran” baru di dalam Allah. Pertobatan bukanlah sebuah konsep melainkan suatu tindakkan nyata. Tindakkan-tindakkan sebagai sebuah karya nyata dapat diungkapkan lewat hal-hal yang membangun iman, tekun membaca dan merenungkan Kitab Suci, rajin berdoa, berpantang dan berpuasa dan meningkatkan cinta kasih kepada sesama melalui karya amal. Dengan demikian, pertobatan tidak hanya secara personal tetapi secara komunal dalam hubungan dengan orang lain. C. Liturgi Masa Prapaskah Masa prapaskah merupakan masa persiapan bagi seluruh umat Kristiani, bersama dengan para calon baptis untuk menyambut paskah. Masa ini adalah masa penyegaran pembaptisan. Inti dari pembaptisan adalah mendengarkan dan merenungkan Injil dengan tekun serta mengalami mati dan bangkit. Konsili Vatikan II mengingatkan kita bahwa masa prapaskah berciri ganda: pertama, masa prapaskah sebagai masa persiapan sekaligus peringatan akan pembaptisan kita. Yang kedua, masa prapaskah sebagai masa pertobatan, mempersiapkan diri untuk merayakan misteri paskah melalui permenungan secara lebih tekun terhadap Sabda Allah. Selain itu, umat juga harus meningkatkan doa-doa pribadi maupun bersama dalam keluarga dan lingkungannya. Sikap ini harus berpangkal pada kesatuan dengan misteri wafat dan kebangkitan Kristus sebagai inti iman dan pertobatan sebagai kesetiaan iman. Sikap ini ditampakkan dalam seluruh perayaan liturgi masa prapaskah. Liturgi masa prapaskah dimulai dan dibuka denga Rabu Abu dan berakhir pada saat menjelang Kamis Putih. Masa prapaskah memiliki rumusan doa liturgis yang sangat kaya. Sejak abad ke-8 Gereja sudah memiliki suatu struktur bacaan misa yang teratur terutama bagi para calon baptis. Kebiasaan ini akhirnya berkembang dan kemudian disempurnakan oleh Konsili Vatikan II menjadi tiga golongan: Bacaan Tahun A: Berbicara tentang tahap-tahap misteri pembaptisan; Bacaan Tahun B: Lebih bercorak Kristosentris; dan Bacaan Tahun C: Lebih menekankan pertobatan. Sedangkan untuk bacaan-bacaan dari Kitab Suci Perjanjian Lama dipilih kisah-kisah mengenai sejarah keselamatan. III. Penutup Masa prapaskah merupakan masa istimewa bagi segenap umat Kristen untuk bertobat, bermatiraga, berpuasa, berdoa, membaca dan merenungkan Kitab Suci serta melakukan karya amal sebagai persiapan menyongsong paskah. Dalam masa prapaskah ini, semua umat Kristen deberikesempatan untuk membaharui diri sebagai umat yang beriman kepada Kristus dengan bertobat. Untuk itu, setiap umat Kristen diajak untuk memanfaatkan waktu ini untuk mengembangkan hidup rohaninya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya rajin berdoa, baik pribadi maupun bersama di lingkungan maupu di tengah keluarga masing-masing. Menerima sakramen tobat, rajin mengikuti perayaan Ekaristi, serta berpantang dan berpuasa. Masa prapaskah merupakan sarana untuk semakin menyelami dan menghayati misteri penebusan Kristus yang menderita, wafat dan bangkit demi dosa manusia. Orang yang percaya kepada Allah yang menyelamatkan ini akan selalu rajin berusaha. Karena dia yakin dan percaya akan rencana baik dari Allah. Dengan demikian, kita mempersiapkan diri untuk menyambut perayaan sukacita misteri keselamatan kita dengan hati yang bersih. SUMBER: Johanis Sembiring, Tahun Liturgi (Pematangsiantar: [tanpa penerbit], 2008), hlm. 39. Bosco da Cunha, Merayakan Karya Penyelamatan: Dalam Kerangka Tahun Liturgi (Yogyakarta: Kanisius, ), hlm. 68. J. Sembiring, Tahun …, hlm. 39. B. da Cunha, Merayakan Karya …, hlm. 68. B. da Cunha, Merayakan Karya …, hlm. 70. B. da Cunha, Merayakan Karya …, hlm. 71. Gabe Huck, Liturgi yang Agung dan Menawan: Pedoman Menyiapkan dan Melaksanakan Liturgi (judul asli: Liturgy Style and Grace), diterjemahkan oleh Komisi Liturgi KWI (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm. 196. Konsili Vatikan II, “Konstitusi tentang Liturgi Suci” (SC), dalam dokumen Konsili Vatiakn II, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana (Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI, 1990), no. 109. B. da Cunha, Merayakan Karya …, hlm. 69. B. da Cunha, Merayakan Karya …, hlm. 69.