Sabtu, 26 Mei 2012

CERPEN: HARI YANG INDAH (OLEH: ERICK M. SILA)

Tadi pagi aku dikejutkan oleh kamu ketika aku hendak ke ruang sekertariat. Aku terpesona dengan ucapan selamat pagi darimu. Dari bibirmu yang tipis berwarna merah keluar kata itu dengan tulus dan ramah. Dipadu dengan pakaian yang serasi menampakkan suatu daya tarik tersendiri. Sungguh aku terpesona dengan gayamu hari ini. Aku sadar bahwa cinta itu tidak seharusnya dilihat dari penampilan tetapi aku suka dengan gayamu itu. Aku mencintai kamu karena kamu adalah kamu. Ini adalah keunikan yang dianugerahkan Tuhan kepada setiap orang. Namun sayang terkadang kita tidak menyadari itu. Bel berbunyi menandakan bahwa jam sekolah hari ini berakhir. Aku tidak sadar hari berlalu begitu cepat. Akupun beranjak meninggalkan ruangan kelas untuk mengembalikan buku absensi ke ruang sekertariat. Saat itu aku melihatmu telah menungguku di pintu gerbang kampus. Segera setelah aku mengembalikan buku absensi, aku segera menghampirimu. Aku takut kamu sudah lama menunggu. Seperti biasanya mkita selalu pulang sekolah bersama-sama. Aku bahagia hari ini. Aku merasakan cinta itu mengalir dan kurasakan itu sungguh anugerah Tuhan yang luar biasa. Tuhan, terima kasih atas segala cinta dan perasaan baik yang aku terima dari orang-orang yang kepada mereka Engkau percayakan cinta itu. Tuhan, tambalah selalu cintaku. Agar dengan itu, akupun mampu mencintai semua orang sebagaimana aku mencintai diriku sendiri. Dalam suasana penuh syukur atas peristiwa-peristiwa indah yang aku alami hari ini, tiba-tiba kamu menelepon aku. Apakah kamu merasakan seperti yang aku rasakan saat ini? Owh.. entahlah. Kamu ingin mengajak aku jalan-jalan besok. Aku sangat senang mendengarnya dan aku setuju dengan ajakan itu. Hari ini adalah hari adalah hari sabtu. Seperti biasanya, kami tidak ada jam perkuliahan ataupun kegiatan lain di kampus. Maka aku memutuskan untuk menemanimu hari ini. Aku akan selalu setia menemanimu ke mana saja kamu mau. Hari ini udara terasah sejuk, langit nampak biru dengan sedikit awan berpadu dalam satu bingkai sang pencipta. Alam hari ini seakan mengerti tentang kita, ia menyediakan menyediakan segala yang indah bagi manusia. Ini sungguh luar biasa. Dengan langkah santai kita beriringan menelusuri sebuah taman yang indah penuh dengan bunga. Saat itu kamu mengatakan padaku bahwa taman ini sangat indah. Kamu mengatakan bahwa jika waktu mengijinkan kita, kita pasti akan ke sini lagi. Aku mengiakannya, tetapi aku juga tidak tahu kapan waktu itu. Engkau juga mengatakan kepadaku bahwa seandainya setiap orang menjaga alam seperti taman ini, pasti hidup manusia terasah indan penuh cinta. Seperi bunga-bunga di taman ini yang senantiasa memberikan senyum terindah tanpa memandang buluh di antara para pengunjung yang datang. “Bukankah begitu sayang…?”. Kamu bertanya padaku. Itu benar sayang. Seandainya semua manusia di bumi ini memiliki jiwa kasih dan tangan-tangan ramah seperti para karyawan di taman ini, aku yakin tidak akan ada bencana menimpa bumi kita. Tetapi sayang, manusia sungguh egois. Ia merusak kelestarian alam seenaknya saja demi kepuasannya sendiri. Perbincanganku bersamamu di siang hari itu terasah amat menyenangkan sehingga tidak sadar hari sudah mulai sore. Aku mengatakan kepadamu bahwa sudah saatnya kita pulang dan tanpa banyak kata kamupun setuju. Saat itu aku melihat wajahmu tampak begitu bahagia. Aku masih ingat ketika aku mengantarkanmu kembali ke rumah. Waktu itu kedua orang tuamu sangat senang karena aku telah menjagamu dengan baik. Waktu itu kamu mengatakan kepadaku bahwa kamu sangat berterima kasih karena telah menemani dan menjagamu sepanjang hari ini. Kamu berharap hari ini bisah terulang lagi di lain waktu. Sekali lagi kamu mengatakan padaku bahwa kamu sangat bahagia hari ini. Kamu melambaikan tangan padaku sebelum kamu memasuki rumahmu. Setelah melihatmu menghilang di balik pintu, akupun mulai melangkahkan kaki menuju rumahku dengan perasaan senang dan bahagia. Aku bersyukur kepada Tuhan atas segala cinta, perasaan bahagia yang Tuhan berikan padaku hari ini. Hari ini berlalu dan malampun tiba. Aku melihat dari kaca jendela kamarku bulan purnama bersinar begitu cerah. Saat itu aku bertanya dalam hatiku “apakah malam ini Tuhan berikannya juga kepadaku?”. Mmm… aku yakin demikian. Tetapi, “sanggupkan aku membagikan kebahagiaan ini kepada orang lain?” sekali lagi aku bertanya pada diriku. Melaui pengalaman hari ini, aku ingin menjadi pembawa damai dan cinta bagi sesamaku. Aku tidak bisa. Tetapi aku yakin, bersama-Mu aku bisah Tuhan. Semua karena-Mu. Lalu aku mengambil sebatang lilin dari laci meja belajarku. Aku menyalakannya dan mulai berdoa. Semua Karena-Mu Di keheningan malam nan sepi Di hadapan-Mu aku tersungkur sedih Terasah hati tersayat pedih Mengenag masa-masa yang keruh Sadarkan aku manusia yang rapuh Agar aku tak sampai runtuh Jadikan aku manusia ampuh Agar aku tidak menjadi angkuh Bertekat hati tetap setia Ke mana pergi selalu setia Jadikan aku sebagai media Pewarta bahagia di tengah dunia Meski aku masih belia Ku parcaya pada-Mu yang mulia Bergemah kidung pujian gloria Terasah hidup amat meriah Meskipun hidup penuh bisa Kamu bersamaku aku bisah Walau gelombang dasyat berbusah Engkau mengangkat aku tak basah Jadikan aku pembawa damai Di tenga dunia yang semakin ramai Agar aku tak menjadi lalai Di tengah dunia yang semakin santai Aku ada karena-Mu Aku bisah karena-Mu Aku kuat karena-Mu Semuanya karena-Mu Tiba-tiba aku dikejutkan oleh adikku yang sedang mencari-cari mainannya. Aku baru sadar bahwa tadi aku telah berjalan begitu jauh ke belakang. Ternyata itu hanyalah sebuah kenagan masa lalu yang hadir kembali dalam khayalanku.

1 komentar: